Hai Para pembaca blog Novi,
Novi mw nampilin cerpen nieh ..yah walaupun cerpen kali ini bukan hasil karya Novi dan Novi cuma mw sharing ajha kok ngak bemaksud untuk apa-apa
Ini adalah cerita seorang anak(ngak tw juga sih aslinya dari mana), yang menceritakan 8 kebohongan ibunya. Menurut Novi makna yang tersirat sangat dalam. Okeh, selamat membaca ceritanya
Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita percaya bahwa kebohongan akan membuat manusia terpuruk dalam penderitaan yang menndalam, tetapi kisah ini justru sebaliknya. Dengan adanya kebohongan ini, makna dari sesungguhnya kebohongan ini justru dapat membuka mata kita dan terbebas dari penderitaan, ibarat sebuah energi yang mampu mendorong mekarnya sekuntum bunga yang paling indah di dunia.
Cerita bermula ketika aku masih kecil, aku terlahir
sebagai seorang anak laki-laki di sebuah keluarga yang miskin. Bahkan
untuk makan saja, seringkali kekurangan. Ketika makan, ibu sering
memberikan porsi nasinya untukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku,
ibu berkata: “Makanlah nak, aku tidak lapar”
———-KEBOHONGAN IBU YANG PERTAMA
———-KEBOHONGAN IBU YANG PERTAMA
Ketika saya mulai tumbuh dewasa, ibu yang
gigih sering meluangkan waktu senggangnya untuk pergi memancing di
kolam dekat rumah, ibu berharap dari ikan hasil pancingan, ia bisa
memberikan sedikit makanan bergizi untuk petumbuhan. Sepulang memancing,
ibu memasak sup ikan yang segar dan mengundang selera. Sewaktu aku
memakan sup ikan itu, ibu duduk di sampingku dan memakan sisa daging
ikan yang masih menempel di tulang yang merupakan bekas sisa tulang ikan
yang aku makan. Aku melihat ibu seperti itu, hati juga tersentuh, lalu
menggunakan sendokku dan memberikannya kepada ibuku. Tetapi ibu dengan
cepat menolaknya, ia berkata : “Makanlah nak, aku tidak suka makan ikan”
———-KEBOHONGAN IBU YANG KEDUA
———-KEBOHONGAN IBU YANG KEDUA
Sekarang aku sudah masuk SMP, demi
membiayai sekolah abang dan kakakku, ibu pergi ke koperasi untuk membawa
sejumlah kotak korek api untuk ditempel, dan hasil tempelannya itu
membuahkan sedikit uang untuk menutupi kebutuhan hidup. Di kala musim
dingin tiba, aku bangun dari tempat tidurku, melihat ibu masih bertumpu
pada lilin kecil dan dengan gigihnya melanjutkan pekerjaannya menempel
kotak korek api. Aku berkata :”Ibu, tidurlah, udah malam, besok pagi ibu
masih harus kerja.” Ibu tersenyum dan berkata :”Cepatlah tidur nak, aku
tidak capek”
———-KEBOHONGAN IBU YANG KETIGA
———-KEBOHONGAN IBU YANG KETIGA
Ketika ujian tiba, ibu meminta cuti kerja
supaya dapat menemaniku pergi ujian. Ketika hari sudah siang, terik
matahari mulai menyinari, ibu yang tegar dan gigih menunggu aku di bawah
terik matahari selama beberapa jam. Ketika bunyi lonceng berbunyi,
menandakan ujian sudah selesai. Ibu dengan segera menyambutku dan
menuangkan teh yang sudah disiapkan dalam botol yang dingin untukku. Teh
yang begitu kental tidak dapat dibandingkan dengan kasih sayang yang
jauh lebih kental. Melihat ibu yang dibanjiri peluh, aku segera
memberikan gelasku untuk ibu sambil menyuruhnya minum. Ibu berkata
:”Minumlah nak, aku tidak haus!”
———-KEBOHONGAN IBU YANG KEEMPAT
———-KEBOHONGAN IBU YANG KEEMPAT
Setelah kepergian ayah karena sakit, ibu
yang malang harus merangkap sebagai ayah dan ibu. Dengan berpegang pada
pekerjaan dia yang dulu, dia harus membiayai kebutuhan hidup sendiri.
Kehidupan keluarga kita pun semakin susah dan susah. Tiada hari tanpa
penderitaan. Melihat kondisi keluarga yang semakin parah, ada seorang
paman yang baik hati yang tinggal di dekat rumahku pun membantu ibuku
baik masalah besar maupun masalah kecil. Tetangga yang ada di sebelah
rumah melihat kehidupan kita yang begitu sengsara, seringkali menasehati
ibuku untuk menikah lagi. Tetapi ibu yang memang keras kepala tidak
mengindahkan nasehat mereka, ibu berkata : “Saya tidak butuh cinta”
———-KEBOHONGAN IBU YANG KELIMA
———-KEBOHONGAN IBU YANG KELIMA
Setelah aku, kakakku dan abangku semuanya sudah tamat dari sekolah
dan bekerja, ibu yang sudah tua sudah waktunya pensiun. Tetapi ibu tidak
mau, ia rela untuk pergi ke pasar setiap pagi untuk jualan sedikit
sayur untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kakakku dan abangku yang
bekerja di luar kota sering mengirimkan sedikit uang untuk membantu
memenuhi kebutuhan ibu, tetapi ibu bersikukuh tidak mau menerima uang
tersebut. Malahan mengirim balik uang tersebut. Ibu berkata : “Saya
punya duit”
———-KEBOHONGAN IBU YANG KEENAM
———-KEBOHONGAN IBU YANG KEENAM
Setelah lulus dari S1, aku pun melanjutkan studi ke S2 dan kemudian
memperoleh gelar master di sebuah universitas ternama di Amerika berkat
sebuah beasiswa di sebuah perusahaan. Akhirnya aku pun bekerja di
perusahaan itu. Dengan gaji yang lumayan tinggi, aku bermaksud membawa
ibuku untuk menikmati hidup di Amerika. Tetapi ibu yang baik hati,
bermaksud tidak mau merepotkan anaknya, ia berkata kepadaku “Aku tidak
terbiasa”
———-KEBOHONGAN IBU YANG KETUJUH
———-KEBOHONGAN IBU YANG KETUJUH
Setelah memasuki usianya yang tua, ibu terkena penyakit kanker
lambung, harus dirawat di rumah sakit, aku yang berada jauh di seberang
samudra atlantik langsung segera pulang untuk menjenguk ibunda tercinta.
Aku melihat ibu yang terbaring lemah di ranjangnya setelah menjalani
operasi. Ibu yang keliatan sangat tua, menatap aku dengan penuh
kerinduan. Walaupun senyum yang tersebar di wajahnya terkesan agak kaku
karena sakit yang ditahannya. Terlihat dengan jelas betapa penyakit itu
menjamahi tubuh ibuku sehingga ibuku terlihat lemah dan kurus kering.
Aku sambil menatap ibuku sambil berlinang air mata. Hatiku perih, sakit
sekali melihat ibuku dalam kondisi seperti ini. Tetapi ibu dengan
tegarnya berkata : “jangan menangis anakku, Aku tidak kesakitan”
———-KEBOHONGAN IBU YANG KEDELAPAN
———-KEBOHONGAN IBU YANG KEDELAPAN
Setelah mengucapkan kebohongannya yang kedelapan, ibuku tercinta menutup matanya untuk yang terakhir kalinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar